Botok Petai Cina, Apa Bedanya dengan Pepes?

   
maria-g-soemitro.com

Botok Petai Cina, Apa Bedanya dengan Pepes?


Pernah mencoba botok? Atau malah baru dengar adanya jenis masakan ini? Saya mengenal masakan yang berasal dari Jawa Tengah  ini dari almarhum ibunda. Beliau suka banget!

Disajikan saat makan siang, bersama lauk pauk “standar” seperti sup dan ayam goreng, biasanya kakak adik saya enggan menyentuhnya, mungkin karena bentuknya tidak mengundang selera.

Sebelum dikukus, masakan botok dibungkus daun pisang. Mirip pepes (masakan Sunda), bedanya daun pisang yang membungkus botok berbentuk tum, atau dilipat sisi kanan dan kiri daun ke tengah, kemudian dikunci dengan lidi di bagian tengah.

Sedangkan bentuk pepes umumnya berbentuk gulungan daun pisang, lidi disematkan di bagian kanan dan kiri,  agar isi pepes terkunci di tengahnya.

Perbedaan lainnya, pepes dibuat untuk membumbui suatu bahan baku, sehingga ada pepes ikan peda, pepes ayam, pepes jamur dan lainnya. Sementara botok adalah jenis masakan itu sendiri, sehingga komposisinya lebih kaya, yaitu kelapa parut, mlanding (petai cina, lamtoro) dan ikan teri asin. 

Mlanding merupakan salah satu kekhasan botok. Rasanya bukan botok jika tidak memenuhi 3 bahan: mlanding, kelapa parut dan ikan teri nasi.

Baca juga:
Asyiknya Ngabakso di Bakso Djando Guntursari Bandung

Resep Tahu Sumedang Isi Sayuran dan Sejarah Tahu Sumedang

Daftar Isi

  • Dibalik Kisah Mlanding
  • Kisah Mlanding dan Manfaatnya
  • Resep Botok Mlanding aka Petai Cina

Bingung dengan kata “mlanding”? Yup sesuai judul, mlanding (menurut Wikipedia) adalah petai cina atau lamtoro atau kemlandingan, disebut juga peuteuy selong  dalamBahasa Sunda.

Almarhum ibunda lah yang mengenalkan saya dengan “mlanding” . Menurut hasil searching warga Yogyakarta, kota asal beliau, menyebut “mlanding “ untuk petai cina.

Sehingga saya enggan mengganti sebutannya, sebagai pengingat almarhumah yang telah mengenalkan masakan tersebut. Serta sebagai benang silaturahmi yang wajib dijaga, karena saya lahir di Sukabumi dan tumbuh dewasa di Kota Sukabumi, yang jaraknya sangat jauh dari Yogyakarta, tempat tinggal keluarga besar almarhum ibunda. 

Dan hal itu tak mudah! Tidak hanya budaya menu makan siang seperti yang saya ceritakan di awal tulisan. Karena jangankan anak-anak saya, adik-adik saya yang notabene pertaliannya belum terlalu jauh, tidak menyukai menu tersebut. 

Selain itu perlahan tapi pasti, kami sudah melupakan bahasa Jawa. Minimal, sekarang kesulitan melafalkannya. Kami terbata-bata ketika melakukan percakapan dalam bahasa Jawa.

Sehingga rasanya makjleb, ketika teman blogger saya Dian Restu Agustina berkisah tentang Bulan Bahasa, dalam  tulisannya mengenai pernikahan keponakannya (suku Jawa) yang menikah dengan gadis (suku Sunda).

Sungguh menyenangkan membaca tulisan tersebut. Puluhan tahun silam, konon akibat perang Bubat, yaitu perang antar Prabu Siliwangi (Kerajaan Pajajaran – suku Sunda) dengan Gajah Mada (Kerajaan Majapahit – suku Jawa), maka sulit sekali terjalin pernikahan di antara kedua suku.

Seiring perkembangan zaman, larangan terbut mengendor, orangtua berlainan suku akhirnya sepakat bisa menikah asalkan mempelai pria nya suku Jawa. Jangan dibalik! Alasannya suku Jawa lebih “tua” dibanding suku Sunda, jika perempuan Jawa menikah dengan pria Sunda, maka dia akan mendominasi/menguasai suaminya.

Hahaha aya-aya wae ya? 

Untunglah generasi milenial mengabaikan bahkan mungkin gak tau tentang aturan pamali ini. Kini dengan mudah ditemukan pasangan berbeda suku ini, baik perempuannya berasal dari suku Sunda maupun Jawa. Dan mereka rukun-rukun aja tuh.

 

maria-g-soemitro.com

Kisah Mlanding dan Manfaatnya

Kembali ke buah mlanding yang jadi salah satu bahan utama botok. Ada sih yang terpaksa menghilangkan mlanding karena pingin menyantap botok dan gak menemukan mlanding di pasar. Hasilnya? Kurang sedap! Jomplang gitu.

Pernah, almarhum ibunda mengganti mlanding dengan petai, setelah tidak menemukan mlanding di pasar. Caranya dengan mengiris tipis-tipis petai sebelum mencampur ke dalam adonan botok.

Gimana rasanya? Ya jadi berbeda! Tetap enak sih, tapi berbeda.

Bagi teman-teman yang belum pernah melihat mlanding aka petai cina, jenis sayuran ini mirip petai yang lebih terkenal, banyak ditemukan di pasar, bahkan swalayan. 

Keduanya,  petai cina (lamtoro) dan petai (Parkia speciosa) merupakan jenis petai yang berbeda, tetapi masih termasuk dalam suku Fabaceae (Leguminosae, polong-polongan)

Ukuran biji petai cina lebih kecil dibanding petai, namun keduanya kerap digunakan suku Sunda sebagai lalap. Petai cina yang disebut peuteuy selong oleh suku Sunda, dilalap buahnya yang masih muda, maupun biji peuteuy selong dewasa.

Yup, jangan lupa, petai yang selama ini dikonsumsi adalah bijinya. Sedangkan buah petai adalah tangkai (biasa disebut papan) keras tempat menyimpan buah petai.

Selain asal usul petai cina, dari hasil searching saya menemukan banyak menfaat, diantaranya menjaga kesehatan pencernaan, mengontrol gula darah, menurunkan kolesterol, meningkatkan system kekebalan tubuh, menjaga kesehatan mata, meningkatkan kesehatan tulang dan lainnya.

Sesuai kandungan petai cina berikut:

  • Vitamin A, B1, dan C. Vitamin C yang terkandung dalam petai cina berfungsi sebagai antioksidan dan membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
  • Kandungan serat yang sangat bermanfaat untuk kesehatan pencernaan.
  • Petai cina kaya akan protein nabati
  • Mineral, kandungan mineralnya, seperti kalsium, zat besi, magnesium, dan fosfor bermanfaat untuk kesehatan tubuh.
  • Senyawa aktif,  petai cina mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, saponin, tanin, dan triterpenoid. Senyawa-senyawa ini memiliki khasiat sebagai antibakteri, antidiabetes, antiradang, antikanker, dan antioksidan.

  
maria-g-soemitro.com

Resep Botok Mlanding/Petai Cina

Gak nyangka! Dulu, parutan kelapa dalam bahan baku botok adalah ampas kelapa yang sudah diambil sarinya (santan).

Jadi nenek moyang kita ngerasa sayang gitu ngebuang ampas kelapa. Kan masih bergizi. Jadi mereka menyampurnya dengan mlanding/petai cina yang dulu banyak ditemukan, termasuk daun pisang yang dengan mudah dipanen dari kebun sendiri.

Bagaimana dengan ikan teri nasi? Entahlah, saya gak menemukan  asal muasal teri nasi masuk ke bahan botok. Para sesepuh di Yogyakarta yang saya jadikan narasumber juga menggeleng. Mereka hanya menjelaskan bahwa ikan teri nasi (biasa juga disebut ikan teri medan), bisa diganti dengan ikan asin jenis lainnya.

Tentu saja, buat saya komposisi ikan teri nasi, parutan kelapa dan mlanding sudah top markotop, sehingga enggan mengubahnya. 

Kebetulan beberapa waktu lalu penjual sayur langganan membawa mlanding. Tetangga saya sih membeli untuk dilalap. Teringat botok buatan almarhum ibunda, saya jadi pingin bikin.

Penjual sayur juga membawa kelapa parut dan ikan teri nasi. Sedangkan daun pisang , saya meniru kebiasaan tetangga yang mengambilnya dari kebun kosong dan galangan tanaman ubi jalar.

Pingin mencoba botok mlanding aka petai cina? Berikut resepnya ya:

maria-g-soemitro.com

 

Resep Botok Mlanding aka Petai Cina

(hasil modifikasi sendiri)

Bahan:

  • 100 gram mlanding/petai cina/peuteuy selong
  • 200 gram kelapa parut
  • 200 gram tahu Bandung
  • 100 gram ikan teri nasi
  • 1 ikat kecil kemangi (ambil daunnya saja)
  • 5 buah tomat, iris tipis

Bumbu:

  • 5 siung bawang merah
  • 4 siung bawang putih
  • 10 buah cabai rawit merah (boleh skip atau kurangi jika kurang suka pedas)
  • 10 buah cabai keriting
  • 2 ruas kencur kupas
  • Garam secukupnya
  • Gula secukupnya

Bahan lainnya

  • 2 ruas lengkuas, rajang tipis
  • 5 lembar daun salam, sobek kasar
  • Daun pisang secukupnya, lap dan lemaskan di atas api
  • Lidi untuk menyemat botok

Cara Membuat:

  1. Sanggrai bawang merah, bawang putih dan kencur, kemudian haluskan bersama cabai merah dan cabai keriting, tambahkan garam.
  2. Siapkan mangkuk, masukkan semua bahan dan bumbu. Koreksi rasa.
  3. Siapkan daun pisang, ambil sekitar  1-2  sendok makan adonan, bungkus dengan daun pisang. Semat dengan lidi.
  4. Lakukan hingga semua adonan habis.
  5. Kukus selama  kurang lebih 20 menit.


Baca juga:
Endog Lewo Hingga Pisang Molen, Camilan Favorit untuk Ngonten
Semalam di Salatiga, Kota Tua nan Romantis


8 comments

  1. Di Kediri kampung halaman saya, petai cina disebut lamtoro atau mlanding. Botok sendiri juga beraneka macamnya, disesuaikan dengan bahan utamanya, selain kelapa parut pastinya. Ada botok tempe yang berbahan kelapa parut dan tempe dipotong-potong, botok lamtoro (campurannya petai cina), botok teri (terinya bukan teri nasi tapi teri biasa yang agak besar ukurannya), botok luntas (campurannya daun beluntas), botok sembukan (berbahan daun sembukan). Semua enak tenan!😊

    ReplyDelete
  2. Iyaa. Setau saya botok itu banyak kelapa parutnya dibanding pepes. Saya suka banget nih botok drpd pepes.. Xixixi.. Gurihnya lebih terasa.

    ReplyDelete
  3. Kalau makan pernah mbak botok tapi kalau buat sendiri belum pernah. Nah kalau pepes tahu aku pernah buat sendiri. Beanya ada di kelapa parut ya mbak kalau botok ternyata. Petainya aja paling yg aku gak suka, botoknya enaaaak banget

    ReplyDelete
  4. Jadi kangen ibu mertua, jago banget bikin botok. Gurih dan enak. Sering pakai mlanding kayak di foto resep. Mau beli aja deh aku...Engga telaten buat bikin sendiri...hehe...

    ReplyDelete
  5. Aku suka makan botok yg dicampur mlandingan atau pete cina, masalahnya di tempatku ga pernah ada mlandingan,..susah banget deh ..jadi pengen nanam malndingan aja hehehe

    ReplyDelete
  6. Jadi tambah pengetahuan. Baru kali ini saya baca rincian tentang Mlanding dan Mlanding itu sendiri. Belum pernah makan juga. Tapi kalau baca rinciannya, keknya pas banget dengan nasi hangat, sayur lodeh, dan ikan asin, plus sambal bawang. Ya ampun baca ini pagi-pagi langsung bikin saya lapar.

    ReplyDelete
  7. Yuni Bint Saniro: orang Madura menyebutnya glandingan. Botok emang nikmat sih. Aku doyan.

    Cuma ya belum pernah buat sendiri. Tapi, aku Ndak pernah dengar soal cerita orang Sunda Ndak bisa nikah sama orang Jawa. Hehehe

    ReplyDelete
  8. Wah bayangin botok mlanding jadinya saya..
    Berteman nasi hangat, enak tenaaan!!
    Btw, saya baru tahu Ambu kenapa susah menikah yang bersuku Jawa dan Sunda, ternyata karena suku Jawa dianggap lebih “tua” dibanding suku Sunda, sehingga jika perempuan Jawa menikah dengan pria Sunda, maka dia akan mendominasi/menguasai suaminya.
    Waduh...syukurnya sekarang sudah amaaan...ga ada lagi mitos seperti ini dijalankan

    ReplyDelete