alasan saya semalam di Salatiga
Semalam di Salatiga, Kota Tua nan Romantis
Sudah lama saya pingin ke Kota Salatiga, kota tertua kedua di Indonesia setelah Palembang yang berusia 1339 tahun. Salatiga sudah berumur 1.271 tahun, berdiri sejak 24 Juli 750 Masehi, atau sebelum Soekarno-Hatta mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia!
Kok tau umur Kota Salatiga sudah setua itu? Tercantum kok di Prasasti Plumpungan yang ditemukan di Dukuh Plumpungan, Kelurahan Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo. Demikian pula kota tertua berikutnya yaitu, Kediri, Magelang dan Banda Aceh, semua ada jejak sejarahnya.
Luas Kota Salatiga hanya 54,98 km2 dengan jumlah penduduk 193.525 jiwa (tahun 2021). Bandingkan dengan Semarang yang terletak 49 km dari Salatiga, ibukota Jawa Tengah ini memiliki luas 373,70 km2, dan dihuni 1.693.035 jiwa, pada pertengahan tahun 2023 (Wikipedia)
Fakta ini mengingatkan pada kota kelahiran saya, Kota Sukabumi yang ternyata “kalah tua”, walaupun sama-sama sejuk dan nampak nyaman untuk ditinggali. Sebab Salatiga berada di daerah cekungan kaki Gunung Merbabu serta gunung-gunung kecil, yaitu Gunung Telomoyo, Gunung Ungaran, Gunung Payung, dan Gunung Rong.
Baca juga:
Pengalaman Menginap di Hotel Syariah dan 5 Faktanya!
"Reschedule" Tiket KAI Secara Online yang (Katanya) Mudah
Daftar Isi:
- Sejenak Mampir ke Salatiga, Kota Tua nan Romantis
- Kulineran Enting –enting dan Bak-pauw dari Masa Silam
- Semalam di Front One Gosyen Hotel Salatiga
Penasaran lainnya tentang kota yang dilewati dalam perjalanan ke dan dari Salatiga ini adalah keberadaan aktivis dan sosiolog almarhum Arief Budiman, pencetus aliran Golput atau Golongan Putih. Golput merupakan symbol protes terhadap Golkar yang dianggap telah membelokkan cita-cita awal Orde Baru untuk menciptakan pemerintahan yang demokratis.
Pernah menonton film “Gie” hasil karya Riri Riza? Nah Arief Budiman ini adalah kakak Soe Hok Gie, penulis buku “Catatan Seorang Demonstran” yang berkisah tentang perjalanannya menentang kediktatoran Presiden Soekarno dan Soeharto
Tutup usia 27 tahun di Gunung Semeru, menjadi penanda selesainya tugas Soe Hok Gie sebagai aktivis. Tidak demikian halnya Arief Budiman, dia terus berjuang, termasuk di tempat dia mengajar, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).
Pemilihan rektor yang dianggap tidak adil menimbulkan kemelut berkepanjangan, Arief Budiman pun mogok mengajar dan berakhir dipecat. Hebatnya, Arief justru menerima tawaran menjadi profesor di Universitas Melbourne. Di usia pensiun, Arief kembali ke Salatiga, meninggal dan dimakamkan di Salatiga.
Kulineran Enting –enting dan Bak-pauw dari Masa Silam
Walau gak sempat mengunjungi destinasi idaman, saya beruntung akhirnya bisa menginap di Salatiga (gak hanya lewat seperti biasanya ðŸ˜ðŸ˜), pada 9 Februari 2024.
Keberuntungan lainnya, saya bisa check-in walau waktu masih menunjukkan pukul 13.00, sejam lebih cepat dari waktu seharusnya. Tubuh rasanya gerah dan lengket, pingin cepat-cepat mandi dan ngebolang tipis-tipis di sekitar hotel.
Merupakan bagian dari manajemen Azana Hotels dan Resorts, Front One Gosyen terletak di Salatiga Plaza, Jl. Jend. Sudirman, Kota Salatiga. Namun jangan membayangkan kata “plaza” di sini seperti Plaza Senayan di Jakarta atau Bandung Indah Plaza di Kota Bandung.
Menuju Front One Gosyen di Salatiga Plaza mirip masuk ke suatu boulevard dengan pertokoan di kanan dan kirinya. Bukan pertokoan keren nan modis layaknya plaza di kota besar, melainkan toko-toko tua yang (lagi-lagi) mengingatkan saya pada Kota Sukabumi.
Saya justru suka. Kehadiran toko-toko ini membuat saya bisa berkenalan dengan Toko Sederhana yang terletak di Jalan Sukowati nomor 2A, Salatiga, tak jauh dari Salatiga Plaza.
Toko Sederhana Salatiga |
Melalui bannernya, Toko Sederhana mengklaim sebagai pusat dan produksi enting-enting gepuk sejak 1929, atau telah berdiri sebelum kemerdekaan Indonesia! Enting-entingnya semula diproduksi dan dijual di kelenteng Hok Tek Bio.
Untuk mempertegas enting-enting gepuknya yang mencantumkan brand “Klenteng & 2 Hoolo”, Toko Sederhana menambah keterangan: ”yang asli dan pertama” serta “tidak buka cabang”. Selain enting-enting, juga tersedia aneka olahan singkong, sirop, kopi, sekoteng dan bacang babi (ketan dan nasi)!
Sebagai urang Bandung, agak kaget juga melihat camilan mengandung babi dijual secara blak-blakan. Termasuk ketika menyeberang dari Toko Sederhana, kami bertemu dengan toko Bak-pauw Luber (Jalan Sukowati No.5 Salatiga) yang salah satu variannya mengandung babi.
Bak-pauw Luber |
Saat kakak saya yang non muslim memesan bak-pauw berisi daging babi ternyata sudah habis, sehingga dia ikut memesan bak-pauw isi ayam dan telur asin.
Rasanya? Lezat! Gak heran toko yang telah berdiri sejak 1969 ini tetap eksis. Bak-pauw Luber sesuai namanya, berukuran lebih besar dibanding umumnya bak-pauw. Sedangkan untuk harga, saya membayar Rp 22.500 untuk bak-pauw dengan isian ayam yang lumayan banyak dan satu buah telur asin.
“Mahal,” kata anak saya. Hmmm, ada harga ada barang sih. Termasuk enting – enting yang proses pembuatannya cukup rumit dan masih home made. Adonan kacang tanah yang telah disanggrai dan gula pasir yang telah dibuat caramel, dihancurkan dengan kayu khusus yaitu kayu sawo. Harus hati-hati jangan sampai kacang mengeluarkan minyak agar tidak berbau.
Setelan membentuk adonan panjang, barulah dipotong-potong dan dibungkus. Proses ini yang membuat rasa enting-enting “Klenteng & 2 Hoolo” dicari penggemar fanatiknya.
Maaf dokumentasi seadanya, karena sudah sore dan hujan gerimis menyerbu Kota Salatiga
Semalam di Front One Gosyen Hotel Salatiga
Tiba dan check in di Front One Gosyen Hotel Salatiga pada 9 Februarib 2024, atau sehari menjelang Imlek, kemeriahan hari raya komunitas Tionghoa menyambut kami. Lampion merah bergantungan sejak di area lobby, ruangan duduk, resto serta hiasan pohon.
Semacam gapura berwarna gold dan merah menambah semarak. Juga ada kubah berwarna senada (gold dan merah) di tengah ruangan. Mungkin dipersiapkan untuk para tamu yang ingin berfoto ria.
Salah satu teman kompasianer pernah me-review Front One Gosyen Hotel Salatiga. Dalam tulisannya Dia menulis tentang family gathering sambil merayakan hari raya Natal. Tak lupa dia menyertakan foto bareng keluarga dengan latar belakang hiasan pohon natal yang kini, dihuni di area kubah Imlek.
Front One Gosyen Hotel Salatiga juga sangat memanjakan pengunjung dengan sudut-sudut yang instagramable
Bagaimana kamarnya? Kebetulan saya dan kakak saya memilih twin bed. Tersedia gantungan baju kayu di sisi kiri tempat tidur, selebihnya standar aja seperti nachas dikanan dan kiri bed. Kemudian ada meja panjang untuk kerja, lengkap dengan 2 botol air mineral, mug, termos listrik, beberapan sachet minuman (kopi, teh, gula, creamer).
Oiya ada televisi yang biasanya emang kami cuekin. Lebih asyik buka gadget dengan WiFi yang disediakan hotel.
Jika ada protes, itu adalah sempitnya area kerja. Kepaksa gesar-geser ketika saya buka laptop sementara kakak saya harus mondar mandir menuju dan dari kamar mandi.
Yang saya suka fasilitas hair and body wash dan conditioner dalam bentuk isi ulang. Mengingatkan beberapa tahun silam menyiapkan Zero Waste City Conference di Kota Bandung, susah banget cari hotel dengan fasilitas zero waste seperti ini.
Mungkin sekarang tujuan hotel menyiapkan fasilitas serupa untuk penghematan. Tapi kita harus mengapresiasi geliat sekecil apa pun bukan?
Bagaimana dengan F&B nya? Sewaktu saya datang ada welcome drink berupa ice tea, sedangkan sorenya berganti dengan ice secang yang cukup memanjakan karena gak terlalu manis. Hehehe ngebolang di Yogyakarta, Solo dan terakhir Salatiga, kebanyakan es tehnya terlalu manis.
Sayang saya gak sempat menyicipi breakfast, hanya makan malam yang menyajikan menu standar, seperti 2 macam nasi, mie goreng, kentang goreng, tumisan sayur, soto serta menu bebakaran (sate, ayam bakar).
Mungkin karena gak ada kuliner khas Salatiga yang bisa disajikan ya?
Untuk fasilitas Front One Gosyen Hotel termasuk lengkap, yaitu:
- AC
- Restoran
- Kolam Renang
- Resepsionis 24 Jam
- Parkir
- Lift
- WiFi
Demikian pula fasilitas kamar yang mencakup:
- Tempat tidur twin bed
- TV kabel
- Area kerja
- Air mineral dengan teko listrik
- Sandal kamar berwarna kuning
- Storage box
- Hanging corner
- Hot & cold shower
- Basic amenities (peralatan gosok gigi, handuk, dan sabun + shampoo)
Staff hotel cukup ramah walau ada sedikit salah paham sewaktu kami mau makan malam. Harus menunggu agak lama untuk konfirmasi bahwa rombongan kami memesan makan malam.
Selebihnya oke sih, kemungkinan besar saya akan menginap Front One Gosyen Hotel jika mendapat kesempatan mampir lagi ke Kota Salatiga. Khususnya karena 2 faktor penentu yaitu bersih dan dekat dengan berbagai destinasi.
Baca juga:
Semalam di Musafir Guest House, Penginapan Syar'i di Pusat Kota Solo
Wah, menarik nih Ambu, sejarah kota tuanya. Salah satu destinasi kota yg pengen aku kunjungi. Masih cari-cari juga ada objek wisata/ bangunan apa aja di Salatiga. Konon sih mulai ramai dikunjungi, karena hawanya sejuk. Cucok buat hiling-hiling...
ReplyDeleteLokasi yang strategis memang selalu jadi pertimbangan untuk memilih dimana kita akan memilih sebuah penginapan atau lokasi untuk sebuah urusan. Ya buat mudah kemana-mana ya
ReplyDeletePenasaran sama ice secang nya
Pasti deudeuieun kalau saya coba ya
Gak nyangka ih ternyata Salatiga sudah berumur 1.271 tahun. Saya kira cuma Palembang aja yang umurnya sudah ribuan. MashaAllah. Jadi gak kaget ya Mbak jika dalam penelusuran di Salatiga menemukan banyak hal - khususnya kuliner - yang sudah mencatat sejarah.
ReplyDeleteSaya sendiri belum pernah stay/nginap di Salatiga. Hanya sempat beberapa kali main ke sini dengan teman-teman pas kami nginap di Semarang. Kota kecil yang dingin dan waktu itu masih banyak perkebunannya. Saya sih betah karena memang suka udara dingin.
Ini benar-benr info baru bagi saya, Mbak. Tahunya selama ini ya Salatiga dengan khas enting-enting nya. Ternyata selain itu ada sejarah kalau Salatiga ini kota tua yang saat ini sudah berumur 1.271 tahun
ReplyDeleteHehe, bener itu terkait sejarah kota Salatiga ini mungkin dulu pernah dengar atau baca, tapi seiring berjalannya waktu ya lupa lagi. Nah sekarang ini jadinya berasa diingatkan lagi ya
DeleteCiamik nih di Salatiga.
ReplyDeletePadahal saya nungguin sarapannya Ambu di Salatiga kayak apa, ternyata ndak ya.
Meski begitu, seru juga dapat hal menarik soal enting-enting dan aneka camilan lainnya
Saya pernah nyoba Bakpau Luber yang isi telur asin. Duh enak bener. Rotinya lembut dengan isian yang full. Makan bakpau itu satu aja perut dah full. BTW, saya baru tahu kalau Salatiga itu kota yang usianya sudah ribuan tahun. MashaAllah. Kota sekecil itu sudah eksis selama itu ya Mbak. Pantes aja banyak jejak-jejak peninggalan lama di sana. Terutama bangunannya.
ReplyDeleteenting enting gepuk, saya suka banget camilan ini mbak. Dengan kemasan yang sederhana, berbungkus kertas dan ukuran sekali hap.
ReplyDeleteAsyik ya lingkungan di dalam front one gosyen ini, banyak spot berfoto bagi tamu yang menginap
Baru tau kalau Salatiga itu kota tertua kedua setelah Palembang. Memang dari dulu Salatiga terkenal toleransinya yang kuat, ga heran kalau penjual makanan ber B2 dapat berdagang dengan tenang.
ReplyDeleteAh iya juga kak
DeleteTinggal si pembelinya, khususnya pembeli muslim yang sebisa mungkin lebih aware ketika akan beli daging ya
Wah, ternyata salatiga juga termasuk kota tertua di Indonesia ya
ReplyDeleteAku ke salatiga cuma mampir ke rest area yang bagus itu lho ambu
Saat perjalanan ke Jakarta