Warung X-Treme Tanjungsari dan Etika Review Kuliner
“Kalo gak suka makanannya ya udah! Jangan datang lagi,” kata Anne Avantie pada Helmi Yahya. Obrolan berjudul “Bijaklah dalam Memberikan Review” tersebut ditayangkan akhir September 2023 di channel YouTube, “Helmi Yahya Bicara”.
Nampaknya curhat Anne berkaitan dengan gonjang ganjing review jujur yang dilakukan vlogger Aa’ Juju dan William Anderson. Sebelumnya, baik Aa’ Juju (pemilik akun TikTok @makanlurr) maupun William (akun TikTok @codeblu) membuat review jujur mengenai warung makan “Nyak Kopsah” di Tangerang.
Madun, sang pemilik warung rupanya tidak bisa menerima. Melalui akun TikToknya, @madunosengoseng, dia meluapkan kemarahan, sehingga “meledak”lah dunia maya dengan pro kontra.
Detail kisah review jujur Aa’ Juju dan William, telah saya tulis di sini:
Ramen Imam Bonjol, Pilih Review Jujur atau Tipu-tipu
Sedangkan vlog Aa’ Juju yang membuat Madun naik pitam, bisa dilihat melalui link berikut ya:
Review Warung Makan Nyak Kopsah @makanlurr
Sewaktu melihat betapa joroknya warung Nyak Kopsah, saya jadi teringat tempat makan nasi liwet Bu Wongso Lemu di Solo yang juga kotor parah. Saking joroknya, pernah kami sekeluarga mengurungkan niat makan di situ. Padahal udah dapat tempat duduk lho.
Warung makan nasi liwet Bu Wongso Lemu yang jorok rupanya diingat anak saya yang kini berdomisili di Solo. Sehingga enggan ke situ, dan memilih destinasi kuliner nasi liwet lainnya yang banyak bertebaran di Solo.
Baca juga:
Sayur Lodeh untuk Pemula yang Maknyus Tenan!
Muffin Keju Luvita Ho dan 6 Jenis Keju Populer di Indonesia
Daftar Isi:
- Pro Kontra Review Jujur? Biasa itu mah!
- Etika Me-review Kuliner
- Review Jujur Warung X-Treme Tanjungsari
Dalam postingan tersebut, saya mencoba melihat berbagai sudut, baik dari calon pelanggan yang tertarik ingin mencoba, dari sisi kredibilitas content creator, dan dari pihak UMKM/pemilik usaha.
Pernah menggeluti usaha kuliner, sedikit banyak saya tahu bahwa usaha ini tidak mudah. Namun justru di situlah seninya. Jatuh bangkit, kemudian jatuh lagi dan bangkit lagi, begitu seterusnya. Wajib dilalui UMKM yang ingin usahanya berkelanjutan.
Sosok seperti Anne Avantie gak usah membela UMKM dengan bilang: “Ngapain sih revya revyu?” Seolah tak mau tahu bahwa para content creator telah “berjasa” mempromosikan produk kuliner para UMKM.
Jika selalu dibela, pemilik UMKM akan manja. Mereka tak mau menyadari fakta bahwa pelanggan harus mendapat produk dan jasa sesuai jumlah uang yang mereka bayar. Pemilik UMKM harus menghargai pelanggan.
Ingin baca review jujur ? Klik deh blognya Mbak Annie Nugraha, travel blogger yang aktif menulis pengalamannya berkeliling nusantara. Hotel, Resto Reviewer ini kerap membuat saya terheran-heran. Satu kunjungan bisa menghasilkan beberapa tulisan lho. Keren banget ya?
Sebetulnya gimana sih hukum me-review makanan? Bolehkah kita me-review jujur tanpa takut dianggap telah melakukan pencemaran nama baik?
Hasil googling menemukan penjelasan dari hukumonline.com tentang “Etika Konsumen Saat Memberikan Review Produk atau Jasa” berikut ini:
Etika Me-review Kuliner
Dalam tulisan terdahulu, saya mengutip ucapan William Anderson pemilik akun @codeblu yang kurang lebih mengatakan bahwa hak kepemilikan produk beralih dari penjual ke pembeli/konsumen.
Menurut William, sebagai pemilik baru, terserah konsumen dong, mau diapa-apain (termasuk di-review) juga boleh.
Ternyata opini William sangat tepat. Setelah terjadi transaksi, berlaku UU Perlindungan Konsumen.
Apa sih review itu?
Dalam terjemahan bebas, review berarti tinjauan, ulasan, komentar yang isinya berupa pendapat atau tanggapan.
Selanjutnya dijelaskan bahwa Pasal 4 huruf d UU Perlindungan Konsumen berisi tentang salah satu hak konsumen yaitu hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan.
Jadi, content creator gak melakukan kesalahan ketika membuat review jujur ya? Dia menggunakan haknya yang sering diabaikan produsen/penjual.
Produsen seperti Bang Madun gak boleh kebakaran jenggot. Karena dari sisi pelaku usaha dijelaskan:
Pasal 7 huruf e UU Perlindungan Konsumen menyatakan pelaku usaha wajib memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan.
Fakta lapangan, review konsumen berpengaruh signifikan. Berfungsi menarik konsumen baru, mempertahankan kepercayaan, hingga mengetahui penilaian kepuasan konsumen saat membeli produk atau jasa pelaku usaha.
Andai review yang diberikan negetif, pelaku usaha dapat menjadikannya sebagai evaluasi atau sebagai bahan pengembangan produk atau jasa kembali.
Mungkinkah review jujur berbuah somasi? Karena dianggap pencemaran nama baik.
Hukumonline.com menjelaskan bahwa pencemaran nama baik di media sosial diatur khusus dalam Pasal 27 ayat (3) UU ITE sebagai berikut.
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.
Lebih lanjut diterangkan bahwa pasal 27 ayat (3) UU ITE tidak berlaku jika muatan yang diunggah berupa penilaian, pendapat, hasil evaluasi, atau sebuah kenyataan. Sehingga hukum review produk yang berupa penilaian atau pendapat atas produk atau jasa itu tidak termasuk delik penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.
Penjelasan lebih lanjut bisa dibaca di sini ya:
Etika Konsumen Saat Memberikan Review Produk atau Jasa
Review Jujur Warung X-Treme Tanjungsari
Beralamat di Jl. Raya Tanjungsari No.249 Tanjungsari, Sumedang (bisa dijangkau mereka yang bepergian dari Bandung – Cirebon), Warung X-Treme Tanjungsari lebih mirip café dibanding warung makan biasa. Terlihat dari pemilihan kursi, meja, interior dan beberapa sudut yang instagramable.
Kami (saya dan keluarga anak saya), datang untuk iftar di bulan Ramadan silam dan ditawari tempat duduk di atas atau di bawah. Untunglah kami memilih makan di bawah, karena di atas rame banget. Maklum banyak yang bukber ya? Baik anak muda maupun keluarga tumplek blek di area atas.
Area atas, kayanya bakal nyaman jika datang bukan di waktu iftar. Ada tempat lesehan. Di sudut terlihat area bermain untuk anak-anak. Kecil sih tapi lumayan.
Mungkin karena membidik anak muda dan keluarga muda, nama menu dan makanan di Warung X-Treme dibuat nyleneh, seperti menu kangen yang isinya: nasi tanggal tua, nasi goreng bule serta kangen mie dengan varian 1-6.
Kemudian ada menu pasta seperti: Spaghetti Mama Muda (yang sebetulnya adalah aglio olio), Spaghetti Bini Muda untuk yang bersaus bolognese, Spaghetti Pacar Bule untuk carbonara dan lainnya.
Mengapa Warung X-Treme menamai masakannya demikian? Jawabannya mungkin hanya akan berakhir debat kusir. Seperti camilan Bakso Goreng Pelakor yang ternyata gak ada “sesuatu” yang unik dan khas hingga diberi nama demikian.
Bakso Goreng Pelakor ini lebih mirip bakso biasa yang digoreng. Bukan bakso yang dibuat untuk digoreng. Beda banget ya. Proses pembuatan dan penggorengan bakso goreng lebih rumit. Gak heran harganya jauh lebih mahal.
Seporsi Bakso Goreng Pelakor ini hanya Rp 17.500. Rasanya ya seperti bakso biasa (yang seharusnya direbus), sedangkan ini digoreng,
Next time, saya review kuliner bakso goreng yang sesungguhnya ya?
Saya tebak penamaan nyleneh agar calon pembeli penasaran, kemudian memesan menu tersebut. Terbukti saya memesan ayam Kalimantan (+nasi putih) karena ingin tahu rasanya.
Ternyata mirip nasi dan ayam geprek, bedanya ini ayamnya gak digeprek.
Harga seporsi Rp 25.000, rasanya ya standar nasi, ayam goreng dan sambal.
Beef steak seharga @IDR 35K menjadi pesanan anak saya dan istrinya. Dengan harga semurah itu pastinya jangan berharap banyak akan tersaji daging wagyu ya? ^^ Karena itu mereka menutupi dengan saus yang thick.
Ada 3 jenis minuman yang kami pesan yaitu: Dark Chocolate (harga Rp 12.500) serta Lychee Tea dan Strawberry Tea (harga Rp 8.000). Pesanan saya, Dark Chocolate cukup enak, sedangkan varian tea pesanan anak saya dan istrinya, ya gitu deh.
Untung ada promo bulan puasa: Mojitos Squash Lychee. Rasanya unik dan segar, Recommended dipesan ketika udah gak promo lagi. 😀😀
Pesanan spaghetti pacar bule aka spaghetti carbonara bikin kami naik pitam. Sebelumnya pelayan udah bilang sih kalau pembuatan spaghetti ini agak lama. Kami iyain aja dengan pertimbangan, berapa lama sih bikin spaghetti? Dalam keadaan normal, paling lama 15 menit ya? Koki bisa membuat saus carbonara sambil merebus spaghetti.
Ternyata sejam lebih dong. Makanan yang disebutkan di atas sudah tandas. Kami udah bolak balik ke toilet. Setelah ditegur, barulah spaghetti pacar bule ini terhidang. Itu pun pelayannya protes: “Kan tadi udah dibilang spaghetti-nya lama”.
Ya ampun, selama-lamanya masak spaghetti, gak sampai sejam lebih juga. Lagian apa susahnya bilang kata: “Maaf”?
Hehehe sekarang saya jadi paham alasan banyak review jujur di media sosial. Mereka ingin menumpahkan unek-unek yang selama ini dicuekin pemilik usaha. Seperti kasus warung Nyak Kopsah, pemiliknya tidak menyadari banyak hal harus dibenahi.
Pengunjung datang dengan harapan bisa makan lezat di lokasi bersih dan menyenangkan (gak harus mewah lho ya). Sementara pemilik usaha karena kesibukannya melupakan banyak hal yang dibutuhkan konsumen.
Kembali ke Warung X-Treme, apakah recommended? Iya dong. Tanpa merogoh kocek terlalu dalam, kita bisa menikmati beef steak, pasta, pizza dan kawan-kawan. Tentu saja, rasanya sesuai harga.
Jadi, kapan kalian ke tempat tinggal saya di Tanjungsari? Nanti saya traktir makan di Warung X-Treme. Ditunggu kedatangannya ya?😊😊
Baca juga:
Jelajah Pasar Tanjungsari, Cara Asyik untuk Me Time
Beberapa waktu yang lalu memang rame banget ya sama kasus review jujur si Aa Juju itu. Padahal kalo ditanggapi dengan baik oleh pemilik warung itu akan jadi masukan untuk semakin memperbaiki kualitas produk dan layanannya ya.
ReplyDeleteBtw, jadi malas pesan menu spaghetti itu lagi ya kak, lama banget, keburu BT duluan dan hilang selera makan. Hiks!
Di Indonesia apa2 jadi takut karena UU IT termasuk mau review jujur, padahal sebenernya sudah tertuang di UU perlindungan konsumen juga ya. Justru karena banyak review jujur, jadi pilihan masyarakat juga penasaran mau ke sana atau enggan. Perihal makanan semua tergantung selera sih. Enak bagi orang lain, belum tentu enak bagi kita.
ReplyDeleteMurah ya, bakso goreng leakornya cuma 17K per porsi, kalo deket aja udah mampir dan coba menu di situ. Makasih kak sudah memperkenalkan review kuliner di jl.RayaTanjungsari.
ReplyDeleteKalau diulas secara jujur sebenarnya jadi masukan pastinya buat si pemilik usaha tersebut. Kan kalau ada yang kurang bisa ditambah dan sesuaikan ya?
ReplyDeleteBetul sekali Ambu, masa kalau nda enak kudu bilang enak. Justru review jujur itu bisa membangun si pemilik warung agar lebih meningkatkan kualitas masakan maupun tempatnya.
ReplyDeleteBetul sekali Ambu, masa kalau nda enak kudu bilang enak. Justru review jujur itu bisa membangun si pemilik warung agar lebih meningkatkan kualitas masakan maupun tempatnya.
ReplyDeleteLucu lucu ya nama menu di warung x treme ini ... Nasi goreng tanggal tua dan tanggal muda bikin penasaran. Kalau ad yg tanggal muda, hehehe bedanya sama yg tanggal tua apa ya...
ReplyDeleteTapi kalau lama kaya si spaghetti pacar bule wah saya mending gak ke sana deh makannya. Cari yg cepat saja hehe...
Kepikiran begini juga, Ambu.
ReplyDeleteTapi memang zaman sekarang ada berbagai cara buat jadi viral. Bahkan ada salah satu produk salad yang viral negativity-nya, tapi malah lariiss..
Era digital memang kudu pintar membalikkan keadaan. Jangan marah, jangan resah, mari kita ubah yang negatif jadi sebuah keberhasilan.
Ah iya, bener ya Mba, memang harus bijak terutama dalam pemilihan diksi saat mau memberi saran dan kritik. Pun pihak pemilik usaha juga harus legowo untuk pertimbangan meningkatkan pelayanan demi kenyamanan customer..
ReplyDeleteSetelah baca tulisan ambu saya jadi kepo nih sama review Aa Juju dan William Anderson ini. Bagaimanapun review makanan atau produk apapun itu emang hak setiap orang ya, menyampaikan pendapat dan kesan2nya tapi mungkin cara menyampaikannya yang harus dibikin ga terlalu menyudutkan. dan ngomongin soal review ambu makan di cafe xtreme yg 'ekstrim' waktu nunggu pesenan spaghettinya, kalo saya sih ga akan balik lg ke tempat itu, se jam tuk sepiring spagheti kelamaan haha
ReplyDeleteDulu waktu kasus A Juju yg itu saya berada di pihak content creator. Menurut saya sudah bagus ada content cretor yg ikut memberikan masukan untuk warung menjadi lebih baik kedepannya. Tapi mungkin memang bener mba agak kurang baik pemilihan katanya. Harusnya pemilik warung juga menerima kritikan itu dan memperbaikinya sehingga citranya menjadi baik di masyarakat lah ini malah sebaliknya agak gimana gtu reaksinya ya
ReplyDeleteaku jadi semakin paham, bahwa sebagai pemilik kuniler, emmang kudu mempertimbangkan semuanya terutama pelayanan dan apa yang dijual ya ambu. Dengan adanya para reviewer begini, orang makin cerdas untuk memilih tempat yang enak, nyaman sesuai harapan pelanggan
ReplyDeleteSebenernya warningnya Uda bener, tapi ga nyangka lamanya sampek sejam. Kudunya ada compliment yaa..sebagai pemilik usaha, selain minta maaf dalam bentuk kata juga ada dalam bentuk tindakan.
ReplyDeleteTapi overall, begini juga lariiss banget yaa.. bikin pegawai ama ownernya ga memberikan effort lebih buat memberikan pelayanan terbaik.